Friday 1 April 2011

001 : KU GAGAHI PRIA PENODONG MALAM ITU (1)

"Jangan macem-macem, atau gua tusuk" ancam seorang lelaki yang menodongku dengan sebilah pisau kecil dari belakang. Reflek saja aku memutar tubuhku dan menggenggam tangannya yang menodongku sambil ku pukul hidungnya sekeras mungkin. Tangannya ku putar kebelakang dia dan ku tendang kakinya dari belakang membuatnya berlutut membelakangiku.

"Lepaskan pisau itu atau tanganmu patah" sambil ku tarik kedua tangannya yang berurat di belakang punggungnya. Kemudian pisau kecil itu jatuh. Ku tekan kedua tangannya keatas sehingga membuatnya kesakitan. Lalu ku ambil pisau itu dengan tangan kananku. Ku todongkan pisau itu kelehernya. Kubuat sedikit goresan kecil sepanjang jari tangan. Sekuat tenaga dia berontak. Membuat aku kewalahan membekap dengan satu tangan. Aku terlempar mundur. Kemudian aku berlari mendekat sambil ku tendang kepalanya dengan lutut kakiku. Lelaki itu mencoba bangun melawanku dengan tangan kosong sementara aku dengan pisau kecil miliknya di tangan kananku.

Malam itu langit gelap dengan bulan sabit yang hampir hilang tertutup awan. Angin pun bertiup kencang seakan hujan akan turun. Di gang sempit itu diantara 2 gudang pabrik yang berhenti beroprasi. Aku berdiri berhadapan dengan seorang lelaki berbadan tegap, tangannya keliatan kekar berurat sementara tubuhku biasa saja. Aku terus memukul dan menendang kepalanya bertubi-tubi sehingga tubuhnya terbaring. Ku tendang kepalanya seperti menendang bola. Berulang kali dengan kedua kakiku sehingga lelaki itu tak berdaya terbaring diatas aspal jalan setapak itu.

"Ampun mas, ampun, ampun" seraya merayap ke depan kakiku. Ku tarik rambutnya sehingga kepalanya menatapku. Ku pukul lagi tepat d matanya sekeras mungkin. Tiada perlawanan lagi dari lelaki itu.

Darahnya keluar dari hidungnya dan juga dari lehernya yang ku gores. Ku buka celana jeansnya. Dia berontak namun kuancam dengan pisau miliknya. Lelaki itu membiarkan aku menarik celana jeansnya sampai ujung kakinya. Kedua tangannya langsung menutupi celana dalamnya. Terlihat raut muka ketakutan di wajahnya. Dia pikir aku akan memotong daging kebanggaan semua lelaki yang ada diantara selakangannya.

Ku arahkan pisau itu ke perutnya. "Ampun mas, ampun, jangan bunuh saya" ucapnya terputus-putus. Napasnya cepat seperti sedang berlari kencang. Kutarik kaosnya dan kurobek dengan pisau membentuk potongan kecil. Kemudian ku bersihkan darah di hidungnya dengan potongan kaosnya. Mukanya lebam matanya merah, terlihat juga bengkak dikepalanya. Aku menyobek kaos ketat warna biru yang dia pakai dari bawah ke lehernya. Ku sibak kaos itu kekiri dan kekanan. Tampak sedikit bulu dadanya. Kedua putingnya besar dengan dadanya yang lumayan berbentuk seperti petinju. Tangan kanannya masih membersihkan darah dari hidungnya sementara tangan kirinya terbujur ke kiri. Kepalaku mendekati dada sebelah kiri, langsung ku gigit dan emut puting dada sebelah kiri. Tubuhnya bergerak kegelian sementara tangan kirinya mendorong kepalaku supaya melepaskan dari putingnya.

Ku lepas emutan pada puting kirinya, kupandangi wajahnya. "Diam aja mas" kembali aku menjilati putingnya dan sedikit ku gigit pelan. Ku tindih tubuhnya terasa kontolnya mengeras seperti kontolku yg dari tadi mengeras di dalam celana jeansku. Kemudian ku sibak kaos dan tangannya sehingga puting sebelah kanannya terlihat. Ku jilat dan ku gigit sedikit keras.
"Agh.." desah lelaki berusia sekitar 35 tahun itu. Lama ku jilati kedua putingnya dan ku gigit juga dadanya yang gempal. Berulang kali dia mendesah. Ku bergeser ke kedua kakinya. Ku keluarkan kontolnya dari celana dalamnya. Tidak begitu besar namun terlihat sedikit panjang dan kepala kontolnya sangat besar. Langsung ku pegang dengan keras dan ku emut kepala kontolnya. Karena dia diam saja ku gigit keras kontolnya. "Agh sakit mas" teriaknya yang tertahan.

"Kalau enak bilang enak" ucapku dan aku kembali mengulum kontolnya. Lama kelamaan tangannya berada di kepalaku. Mendorong kepalaku naik turun, kadang menjambak rambutku. Ku hentikan kulumanku. Ku sobek dengan pisau celana dalam itu sampai ke bawah selakangannya. Kunaikan kedua kakinya dan ku mulai menjilati kedua biji pelernya sesekali memasukan salah satu bola kedalam mulutku dan menariknya pelan. Tubuhnya bergerak kecil kegelian saat ku jilati di bawah biji pelernya perlahan lahan sampai kelubang pantatnya. Tubuhnya kini menggelinjang kekiri dan kekanan menahan entah geli apa nikmat. Berulangkali aku jilati naik turun.

"Agh Geli mas" ucapnya yang sedang serak. Ku buka celanaku dan ku tarik kebawah kakiku dengan celana dalamku juga, sambil tetap menjilati bagian lobang pantatnya. Air liur ku yang ku tahan dimulut aku keluarkan d telapak tangan kiriku dan ku gunakan untuk membasahi rudalku. "Tengkurap" ucapku memutar tubuhnya yang tak berdaya. Ku kocok terus rudalku yang telah licin karena ludahku sendiri. Ku letakan celana jeansku dan celana jeansnya tepat di bawah perut dan selakangannya supaya kontolnya tidak bergesekan dengan aspal.

"Mau apa lagi mas" tanya lelaki itu.

Bersambung......

No comments:

Post a Comment