Saturday 9 April 2011

004 : PENGALAMAN PERTAMA TUKANG BECAK

Becak yang aku naiki terus berjalan seiring genjotan kaki tukang becak yang besar dan berurat. Ketika melewati keramaian kami terdiam sebentar lalu melanjutkan kembali obrolan yang membuat nafsuku naik ke puncak. "kalau nanya saya ya jawab ga. Tapi kalau nanya sama waria dia pasti bilang enak. Lelaki yang kaya cewe kemayu gitu banyak yang suka disodomi" jawabku.

"Kalau bisa si jangan sama yang kemayu mas, apa lagi sama waria, deket-deket aja takut"

"Ya bapak coba aja disodomi enak ga?"

"rasanya gimana mas" tanya dia penasaran.

"kata temen saya geli sedikit nikmat luar biasa. Tapi kalau pertama memang sakit. 5 menit aja udah ilang sakitnya. Apalagi bapak badannya kuat begitu pasti tahan sakit"

"Sakitnya kaya gimana mas"

"coba bapak masukin satu jari ke dalam pantat bapak terus dua jari sampai tiga jari"

"satu jari mah tidak sakit mas"

"ya iya saya bilang juga bapak pasti tahan sakitnya. Kaya kita B.A.B keras aja sakit ga?"

"Ga terlalu sakit si"

Ga terasa mobil terlihat lalu lalang didepan sana. Itu jalan samdikun yang aku tuju untuk naik kembali dengan angkutan umum lain ke messku. "Bapak mau coba di sodomi?" tanyaku.

"hehehe.. Mas sepongin peler saya aja ya" katanya sambil mengerem laju becaknya.

"kirain tadi bercanda pak"

"beneran mas" becaknya berhenti.

"dimana pak"

"disini aja mas" dia turun dan membuka celana kolornya mengeluarkan pelernya yang lumayan panjang dan besar.

Aku tertawa sambil kuraih peler tukang becak itu dan ku genggam. "ga bebas pak" sambil ku belai pelernya. Lubang pelernya sudah lengket dengan cairan precum.

"ssst... Ahhhh..kan cuma nyepong aja mas"

"Saya mau jilat tetek bapak biar bapak keenakan pas keluar air maninya" tanganku masih terus membelai pelernya.

"ahhhh... ya udah ke rumah saya aja. Tapi rumah saya jelek mas kotor"

"ya ga apa-apa, yang penting bapak bisa tiduran, tar saya jilat biji pelernya juga" sambilku gosok lobang kencingnya dengan ibu jariku. Semakin banyak saja cairan lengket itu.

"ssss ahhh.. Tapi jangan berisik ya nanti temen saya bangun."

"ya" kulepas pelernya. Tukang becak itu memasukan kembali pelernya. Kemudian mengangkat ban belakang dan memutar becaknya. Kemudian dia naik dan menggenjot becaknya dengan cepat lebih cepat dari yang tadi. "semangat bener pak mau disepong aja"

"udah lama ga dapet jatah dari istri mas"

"istrinya dimana pak"

"di kampung. Sebulan sekali pulang. Itu juga kalau dapat duit"

"o.. Berapa orang dirumah bapak?"

"sekarang cuma 2 orang, mereka tidur di depan. Kita nanti dikamar"

"Ada berapa kamar?"

"2, mereka jarang tidur dikamar, panas. Nanti bilang aja temen istri saya"

"ok pak. Nama bapak siapa?"

"Ajo. Panggil aja mas Ajo. Kalau mas?"

"Gardan"

"Ha? Gardan. Susah bener namanya"

"Masih lama mas Ajo?"

"tuh belokan depan"

"masih blok c ya"

"ya mas"

Pas masuk gang berbelok belok hingga aku sulit menghapal jalan itu.
"sampai mas"

"Yang mana rumahnya?"

"ini" katanya menunjuk rumah kecil dengan lantai semen. "bentar ya mas gardan, saya kunci becaknya dulu" tukang becak itu mengambil rantai besi dan gembok di bawah becaknya dan menggemboknya di dekat tiang rumahnya. Rumahnya datar dengan tanah didepannya. Lantainya masih tanah bagian depannya. Kemudia mas ajo membuka pintu tanpa mengetuknya. "masuk mas gardan" dia lalu menuju kamar kamar pertama. Membukanya dan mempersilahkan saya masuk. "tiduran aja mas" aku masuk dan tidur dikamar itu. Kasurnya tipis yang banyak dijual di pasar. Banyak baju dan celana bergelantungan diatas. Bau ruangannya pengap dan memang panas. Aku baringkan tubuhku diatas kasur tipis itu, bantalnya memang kumel. Tapi ga apa-apa lah. Ku dengar obrolan mas ajo dengan temannya tapi tidak jelas ku dengar entah dengan bahasa apa. Lumayan lama juga menunggu mas ajo tukang becak itu. Kemudian pintu terbuka, mas ajo masuk hanya dengan handuk melilit dibawah pusarnya. Rupanya dia mandi dulu. Mas ajo mengunci pintu dengan perlahan-lahan dan ikut berbaring disampingku. Aku biarkan saja, tapi dia menarik tangan kiriku ke atas pelernya yang tertutup handuk. Ku tetap diam. Lama-lama pelernya bergerak berkedut naik turun tanda pelernya sudah ngaceng. Aku masih diam. Tanganku dia gerak-gerakan tanda ingin cepat mulai. Dia buka handuknya dan tanganku dia gosok-gosokan pada pelernya. Rupanya dia kesal aku diam saja. Dia mengangkat kepalaku menariknya mendekat ke tubuhnya yang berwarna sawo matang. Aku tersenyum melihat wajahnya. Dia cemberut. "cepetan mas"

Aku mulai dengan ku jilat teteknya yang sebelah kanan, ku isap kemudian ku gigit pelan. Tukang becak itu mendesah. Tangan kananku mulai membelai pelernya yang keras. Cairan lengket mulai keluar dari lubang pelernya. Ku lihat wajah tukang becak itu, matanya tertutup serta bibir bawahnya dia gigit. "AHHH SSSSHH.." rintihan mas ajo membuat semangatku alias nafsuku juga bangkit.

Ku buka sedikit demi sedikit celana jeans panjangku. Begitupun celana pendekku. Aku terus melepaskannya, mendorong jauh dari kakiku sambil terus menghisap teteknya yang keras.

Bersambung......

Thursday 7 April 2011

003 : ENAKNYA LELAKI SAMA LELAKI

Malam itu sungguh sangat dingin. Angin terlalu kencang sehingga keringat itu terasa bagai air es. Daerah gudang ini dekat dengan pantai. Aku berjalan kemari ke tempat kontrakan sodaraku. Biasanya aku melewati jalan yang lebih dekat. Cuma kali ini mencoba seberapa bahayakah jalan ini. Kalaupun aku di keroyok aku akan mencoba lari. Karena aku termasuk pelari cepat di sekolahku dulu.

Ku berjalan tertatih-tatih, lelaki itu masih saja diam. Nafasnya kencang. "PAK RUMAHNYA DIMANA, SAYA ANTAR" Teriakku kesal.

"Blok D" jawabnya pelan dan tidak jelas.
"Blok B?"
"D de" mulutnya yang memar sulit berbicara.
"Ya ya" ku berjalan menuju blok D. Sedangkan sodaraku di blok I.

Jalan ini ternyata panjang. Saat ku lihat di Ovi map tidak terlalu panjang. Keluar jalan ini masuk ke blok B. Saat sudah dekat rumah penduduk, tidak terlalu ramai. Beberapa warung masih terlihat buka di kejauhan sebelah kiri. Aku berbelok ke kanan. Setelah berjalan sekian jauh, aku sampai di perempatan antara blok B dengan blok C. Ku lihat warung itu sudah tutup sepi. Di sebelah kiri ada becak, seorang lelaki berbadan cukup gempal duduk dan tidur di depan becak itu. Ku dudukan lelaki penodong itu dan ku hampiri tukang becak itu. Ku goyang-goyangkan kakinya. "Pak. Becak"

"Eh.. Ya" tukang becak itu kaget dan terbangun.

"Pak kenal sama orang ini ga?" tanyaku pada tukang becak itu sambil berjalan ke penodong itu.

"Saya ga kenal mas, tapi tau namanya kalau ga salah Prodo. Kenapa babak belur gini mas?" katanya menatap saya.

"Tadi saya ga sengaja nemuin dia tergeletak, trus saya anter kerumahnya di blok D. Rumahnya tau ga pak?"

"Ga tau mas"

"Ya udah bantu saya anterin orang ini ke blok D, saya kasih 50 ribu". Tukang becak itu diam dan membantu saya mengangkat lelaki itu. Di dudukannya lelaki itu dan aku duduk disebelah kanan. Keadaan jalan itu sepi sekali. Pasti sudah larut malam pikirku. Sesampainya di blok D. Ku tanya lagi lelaki itu. "Pak rumahnya sebelah mana?"

"urus"

"terus pak" kataku pada tukang becak.

"anan"

"kekanan pak" dan begitu seterusnya sampai di sebuah rumah kontrakan yang ia tunjuk. Tetapi dia memberi tanda supaya jangan mengikutinya dan saya disuruh pulang saja. Ku lihat langkahnya mengakang dan pelan. Kadang bergoyang kekanan dan kekiri seperti terkena gempa. Ku tetap menunggunya sampai dia masuk kedalam rumah. Lelaki itu mengetuk pintu rumah kedua dari kiri, tak lama kemudian terbuka dan lelaki seusianya yang hanya memakai celana pendek dengan tato di tangan kirinya membawa masuk lelaki itu kedalam.

"Pak, anterin ke jalan samdikun"

"Ayo mas. Eh mas nemuin Prodo dimana?" tanya tukang becak.

Aku berpikir sejenak. Apa aku berkata jujur atau tidak. "Di jalan antara gudang pabrik itu pak"

"Ko mas lewat jalan itu? Kan banyak copetnya mas"

"ya itu pak. Saya di todong sama orang. Nah saya lawan sampe mati-matian karna cuma 1 orang. Ya Alhamdulillah saya ga apa apa"

"Trus copetnya gimana"

"Yang tadi bapak liat sama saya itu"

"O copetnya Prodo itu?" tanya dia. Aku hanya bergumam saja.

"Kalau saya jadi mas, saya biarin aja tu Prodo biar tau rasa"

"Kasian juga pak, udah saya pukulin babak belur. Saya perkosa masa di biarkan gitu aja"

"Lo ko Prodo diperkosa"

"Iya pak"

"Sesama pria juga?"

"Ya abisnya saya kesel, ngaceng juga liat badannya"

"Pria ko seneng sama pria"

"bukan seneng gitu, ya namanya air mani kita keluar ya pasti enak pak"

"ya bener sih mas. Emang diapain aja tu Prodo?" tanya tukang becak penasaran.

"Ya sama aja kaya kita sama perempuan"

"Ya lain mas. Perempuan punya memek, pria ga punya"

"pria juga punya lubang di pantat. Malah enakan lubang pantat"

"hehehe..."tukang becak itu tertawa. "enak ya mas"

"Ya enak pak. Apalagi Prodo masih rapet banget kaya perawan ABG. Keset banget. Jepitanya juga kenyot-kenyot"

"masa iya mas"

"lah ga percaya. Wong saya tadi ngerasain gitu waktu Pistolku masuk kepantatnya"

"selain itu ngapain aja mas. Masa cuma genjot gitu aja"

"Teteknya saya emut"

"hehehe kaya sama cewe aja"

"pelernya saya sepong"

"doyan peler ya mas"

"engga pak, kalau ga di sepong pantatnya ga ngenyot"

"masa kudu nyepong"

"lah iya makanya kalau sama pantat perempuan ga sama kaya pantat pria. Pantat perempuan cuma bisa jepit, tapi ga ngenyot kaya pantat pria. Kaya peler kita di kenyot memek, tapi lebih enak dan lebih empuk"

"masa iya mas"

"iya pak. Makanya saya perkosa aja tu Prodo"

"mas ga jijik apa?"

"Ga pak. Dulu emang jijik. Tapi sekarang dah biasa"

"nyepong juga ga jijik?"

"ya tergantung pelernya pak. Kalau pelernya jelek ya dikocok aja"

"mas, mau ga nyepong peler saya?"

"hehehe.. Ga tahan ya pak"

"ngaceng terus denger mas sodomi Prodo"

"mau coba pantat pria ya pak?"

"iya mas, kalau mas mau disodomi ga?"

"hehehe.. Ga pak, saya ga bisa disodomi. Saya cuma bisa menyodomi orang"

"kenapa mas"

"lain orang lain kesukaan pak. Ada yang enak sodomi orang kaya saya ini tapi ga mau di sodomi. Ada juga yang keenakan disodomi. yang suka disodomi dan menyodomi jg ada.

"Disodomi juga enak ya???"

Bersambung......

Monday 4 April 2011

002 : KU GAGAHI PRIA PENODONG MALAM ITU (2)

"Ga usah banyak bacot" bentakku sambil mendorong pantatku maju. Sangat susah untuk memasukan rudalku kedalam lobang pantatnya. Ku ludahi lagi dan kudorong lagi dengan sedikit hentakan keras. Susah sekali untuk memasukan rudalku yang tidak besar juga tidak panjang, cuma 15cm. Ku tekan lagi hingga kepala rudalku mulai tenggelam.

"Agh sakit mas" ucapnya sambil berusaha mendorong perutku menjauhi pantatnya. Ku putar-putar kekanan dan kekiri dengan sedikit demi sedikit ku tekan. Kepala rudalku sudah terbenam, tinggal batang rudalku saja yg belum masuk. Lobang pantatnya berkedut-kedut mencengkeram sangat kuat kepala rudalku. Nafasnya juga tak teratur menahan sakit. Ku tarik pelan dan ku tekan pelan sekali. Lama kelamaan gerakan pantatku tidak terlalu susah. Hingga lama kelamaan rudalku terbenam semua dalam lobang pantatnya. Jepitanya kencang sekali, terasa menggigit bila kuhentakan keras. Nikmat sekali pantat lelaki ini pikirku. Sebentar saja sudah mau ejakulasi. Tapi setiap mau ejakulasi, aku keluarkan rudalku dan ku bersihkan dengan celana dalam lelaki itu yang ku robek tadi. Ku jilati pantatnya dan ku gigit buah pantatnya yang kenyal.

Malam semakin larut. Angin kencang meniup tubuhku yang hanya memakai kaos hitamku. Sementara lelaki itu cuma memakai kaos biru yg sekarang seperti kemeja pendek yang tidak di kancing bagian depannya. Ku tarik tubuh lelaki itu supaya nungging. Ku ludahi telapak tanganku dan ku dekatkan ke kontolnya. Ku kocok kontolnya yang lembek. Sambil ku arahkan rudalku yg masih keras ke lobang pantatnya. Masih saja susah memasukan kepala rudalku ke lobang pantatnya. Setelah bersusah paya kepala rudalku masuk. Ku tarik tubuhnya keatas, berat rasanya menarik tubuh yang lemah untuk setengah berdiri. Dengan kedua tanganku ku tarik bahunya ke atas sehingga dia seakan berdiri didepanku, dengan lutut menempel di aspal. Rudalku juga masuk semakin dalam. Ku jaga tubuhnya supaya tidak jatuh kedepan, ku peluk erat sambil ku pilin putingnya dan ku remas dadanya yang gempal sementara tangan kananku mengocok kontolnya yang semakin keras walau tidak keras seperti rudalku.

"Enak ga pak?" bisikku pada telinga kanannya. Kemudian ku jilati daun telingannya yg kotor karena ada pasir yg menempel. Ku kocok lagi dengan irama yang harmonis kadang pelan kadang cepat. Itu membuat kontolnya berkedut-kedut seirama dengan cengkeraman lobang pantatnya pada rudalku.

Malam itu sekitar pukul 23 lewat, memang jalan ini jarang aku lewati pada jam segini. Orang-orang bilang jalan ini rawan penodong kalau malam. Apa lagi pukul 22 keatas, siap-siap saja jadi mangsa penodong. Aku pikir penodong itu 3 orang atau lebih. Kalau cuma 1 orang aku masih berani melawan. Dan buktinya lelaki yang menodongku itu tak berdaya di pelukanku. Pantatku ku goyangkan maju mundur dengan jarak sangat pendek supaya rudalku tidak tercabut keluar dari lobang pantatnya. Kocokanku pada kontolnya semakin cepat karena kontolnya sudah semakin keras. Pasti lelaki ini akan mengalami organsme. Ku ludahi lagi tangan kananku dan ku oleskan lagi kontolnya dengan ludahku dan ku kocok dengan lembut kadang kasar. Tak berapa lama tubuh lelaki itu tegang dan CRUT CRUT CRUT... CRUT... Kontolnya seperti pistol maenan anak-anak yang menembakan air, tetapi kontol lelaki itu menembakan air mani. Pejuhnya terlihat mengkilap di aspal di depan kami juga sampai ke celana jeansnya yang ku gunakan alas tubuhnya. Tak mau kalah aku juga mau mengeluarkan air maniku. ku peluk erat tubuh lelaki itu, ku goyangkan pantatku maju mundur. Ku remas keras kedua dadanya yang bidang. Ku percepat gerakan pantatku. Sungguh nikmat sedang melanda rudalku. Aku tak mau kehilangan kenikmatan ini. Tak lama kenikmatan itu sampai puncaknya. Tubuhku menegang dan ku tetap gerakan pantatku maju mundur. Ku gigit pundaknya. Ku remas dadanya sekaras mungkin. CRUT CRUT CRUT... Entah berapa kali kedutan yang ku alami tidak terasa karena pantatku tetap kugerakan maju mundur saat rudalku mengeluarkan sperma. Terasa lama puncak kenikmatan yang aku alami bersama lelaki itu. Terasa panjang kenikmatan yang menggetarkan tubuhku ini. Setelah selesai mengeluarkan air mani yang tersimpan dalam kantung zakarku, rudalku tetap ku dorong masuk dan ku tarik keluar masuk lubang pantatnya menikmati sisa-sisa organsme tadi. Rudalku masih saja keras sehingga masih ingin mengobok obok lubang pantat lelaki itu. Tetapi tak tega melihatnya lemas ingin jatuh dari pelukanku.

Setelah ku bersihkan rudalku. Ku pakaikan lagi celana jeansnya tanpa celana dalam karena ku robek tadi. Aku juga memakai kembali celana dalamku serta celana jeansku. Ku lepas kaosku juga kaos dalamku, ku pakai lagi kaosku sementara kaos dalamku aku pakaikan ke lelaki itu. Ku pakaikan lagi kaos lelaki itu yang ku robek.

Aku simpan pisau kecil itu dalam kantong celana jeansku. Aku angkat lelaki itu dan ku rangkulkan tangannya ke pundakku. Sambil ku tuntun langkahnya. Namun tetap saja susah melangkah. "Tinggal dimana Pak. Saya antar kerumah Bapak" tanyaku padanya.

Bersambung......

Friday 1 April 2011

001 : KU GAGAHI PRIA PENODONG MALAM ITU (1)

"Jangan macem-macem, atau gua tusuk" ancam seorang lelaki yang menodongku dengan sebilah pisau kecil dari belakang. Reflek saja aku memutar tubuhku dan menggenggam tangannya yang menodongku sambil ku pukul hidungnya sekeras mungkin. Tangannya ku putar kebelakang dia dan ku tendang kakinya dari belakang membuatnya berlutut membelakangiku.

"Lepaskan pisau itu atau tanganmu patah" sambil ku tarik kedua tangannya yang berurat di belakang punggungnya. Kemudian pisau kecil itu jatuh. Ku tekan kedua tangannya keatas sehingga membuatnya kesakitan. Lalu ku ambil pisau itu dengan tangan kananku. Ku todongkan pisau itu kelehernya. Kubuat sedikit goresan kecil sepanjang jari tangan. Sekuat tenaga dia berontak. Membuat aku kewalahan membekap dengan satu tangan. Aku terlempar mundur. Kemudian aku berlari mendekat sambil ku tendang kepalanya dengan lutut kakiku. Lelaki itu mencoba bangun melawanku dengan tangan kosong sementara aku dengan pisau kecil miliknya di tangan kananku.

Malam itu langit gelap dengan bulan sabit yang hampir hilang tertutup awan. Angin pun bertiup kencang seakan hujan akan turun. Di gang sempit itu diantara 2 gudang pabrik yang berhenti beroprasi. Aku berdiri berhadapan dengan seorang lelaki berbadan tegap, tangannya keliatan kekar berurat sementara tubuhku biasa saja. Aku terus memukul dan menendang kepalanya bertubi-tubi sehingga tubuhnya terbaring. Ku tendang kepalanya seperti menendang bola. Berulang kali dengan kedua kakiku sehingga lelaki itu tak berdaya terbaring diatas aspal jalan setapak itu.

"Ampun mas, ampun, ampun" seraya merayap ke depan kakiku. Ku tarik rambutnya sehingga kepalanya menatapku. Ku pukul lagi tepat d matanya sekeras mungkin. Tiada perlawanan lagi dari lelaki itu.

Darahnya keluar dari hidungnya dan juga dari lehernya yang ku gores. Ku buka celana jeansnya. Dia berontak namun kuancam dengan pisau miliknya. Lelaki itu membiarkan aku menarik celana jeansnya sampai ujung kakinya. Kedua tangannya langsung menutupi celana dalamnya. Terlihat raut muka ketakutan di wajahnya. Dia pikir aku akan memotong daging kebanggaan semua lelaki yang ada diantara selakangannya.

Ku arahkan pisau itu ke perutnya. "Ampun mas, ampun, jangan bunuh saya" ucapnya terputus-putus. Napasnya cepat seperti sedang berlari kencang. Kutarik kaosnya dan kurobek dengan pisau membentuk potongan kecil. Kemudian ku bersihkan darah di hidungnya dengan potongan kaosnya. Mukanya lebam matanya merah, terlihat juga bengkak dikepalanya. Aku menyobek kaos ketat warna biru yang dia pakai dari bawah ke lehernya. Ku sibak kaos itu kekiri dan kekanan. Tampak sedikit bulu dadanya. Kedua putingnya besar dengan dadanya yang lumayan berbentuk seperti petinju. Tangan kanannya masih membersihkan darah dari hidungnya sementara tangan kirinya terbujur ke kiri. Kepalaku mendekati dada sebelah kiri, langsung ku gigit dan emut puting dada sebelah kiri. Tubuhnya bergerak kegelian sementara tangan kirinya mendorong kepalaku supaya melepaskan dari putingnya.

Ku lepas emutan pada puting kirinya, kupandangi wajahnya. "Diam aja mas" kembali aku menjilati putingnya dan sedikit ku gigit pelan. Ku tindih tubuhnya terasa kontolnya mengeras seperti kontolku yg dari tadi mengeras di dalam celana jeansku. Kemudian ku sibak kaos dan tangannya sehingga puting sebelah kanannya terlihat. Ku jilat dan ku gigit sedikit keras.
"Agh.." desah lelaki berusia sekitar 35 tahun itu. Lama ku jilati kedua putingnya dan ku gigit juga dadanya yang gempal. Berulang kali dia mendesah. Ku bergeser ke kedua kakinya. Ku keluarkan kontolnya dari celana dalamnya. Tidak begitu besar namun terlihat sedikit panjang dan kepala kontolnya sangat besar. Langsung ku pegang dengan keras dan ku emut kepala kontolnya. Karena dia diam saja ku gigit keras kontolnya. "Agh sakit mas" teriaknya yang tertahan.

"Kalau enak bilang enak" ucapku dan aku kembali mengulum kontolnya. Lama kelamaan tangannya berada di kepalaku. Mendorong kepalaku naik turun, kadang menjambak rambutku. Ku hentikan kulumanku. Ku sobek dengan pisau celana dalam itu sampai ke bawah selakangannya. Kunaikan kedua kakinya dan ku mulai menjilati kedua biji pelernya sesekali memasukan salah satu bola kedalam mulutku dan menariknya pelan. Tubuhnya bergerak kecil kegelian saat ku jilati di bawah biji pelernya perlahan lahan sampai kelubang pantatnya. Tubuhnya kini menggelinjang kekiri dan kekanan menahan entah geli apa nikmat. Berulangkali aku jilati naik turun.

"Agh Geli mas" ucapnya yang sedang serak. Ku buka celanaku dan ku tarik kebawah kakiku dengan celana dalamku juga, sambil tetap menjilati bagian lobang pantatnya. Air liur ku yang ku tahan dimulut aku keluarkan d telapak tangan kiriku dan ku gunakan untuk membasahi rudalku. "Tengkurap" ucapku memutar tubuhnya yang tak berdaya. Ku kocok terus rudalku yang telah licin karena ludahku sendiri. Ku letakan celana jeansku dan celana jeansnya tepat di bawah perut dan selakangannya supaya kontolnya tidak bergesekan dengan aspal.

"Mau apa lagi mas" tanya lelaki itu.

Bersambung......