Tuesday 17 May 2011

006 : CEWE BARU GARDAN

Karena Gardan merasa gak berani memaksa orang disampingnya ini untuk berbuat lebih maka Gardan memeluk tubuhnya saja, namun Gardan tidak bisa tidur karena rasa nafsunya masih menggebu walau sudah ngentotin penodong tadi malam. Mula-mula tangan kanan Gardan bergerakan ke dada sebelah kiri dan dinaikan kaki kirinya tepat diatas selakangan pria di sampingnya itu. Terasa penis pria tersebut keras, mungkin karena kebelet kencing. Namun dengkuran pria itu tidak sekeras tadi. Sedikit-sedikit Gardan meraba pentil kiri pria itu dengan ibu jari, begitu pelan agar pria itu tidak terbangun. Kadang-kadang dia berhenti karena rasa kantuk.

***

"KREEAT" suara pintu terbuka. Gardan seketika bangun karena kaget. Seorang lelaki gagah masuk dengan tersenyum. Ajo, tukang becak yang membawa Gardan semalam kekontrakannya. "sudah bangun mas?" tanya Ajo.

"Ya, Kang" jawab Gardan sambil mengucek matanya. Diambilnya hape di saku depan celana jeansnya yang tergeletak di samping kakinya. "Waduh, jam 1 siang. Saya harus pulang" serunya sambil memakai kembali pakaiannya yang tergeletak mulai dari celana pendeknya, kaos lengan pendek, dan celana jeansnya.

"Tadi dibangunin ga bangun-bangun" kata Ajo.

"Kang, nterin saya ke jalan Samadikun, oh ya makasih sudah mengizinkan saya tidur disini" seru Gardan sambil menyelipkan uang seratus ribu ketika berjabat tangan sama Ajo.

"Sama-sama mas" Jawabnya tersenyum gembira. "Apa mau saya antar sampai rumah?" tawar Ajo.

"Ga usah Kang. Sampai depan aja" jawab Gardan menolak.

"Ya sudah, tunggu sebentar ya" kata Ajo tersenyum kemudian keluar kamar. Selesai berpakaian, Gardan keluar kamar. "Pake motor, biar cepet" kata Ajo saat keluar dari kamar sebelah. Gardan mengangguk. "Kalau ada waktu main kesini ya Mas" kata Ajo ketika keluar kontrakannya menuju motor didepannya. Siang itu cuaca memang cerah, terik matahari membuat panas di luar rumah.

"Iya nanti saya main kesini" jawab Gardan sambil naik motor dibelakang Ajo. Kemudian mereka berangkat ke jalan Samadikun.


***

Di sebuah Mobil Yaris, Gardan sedang berbicara dengan seorang wanita. "A, katanya mau main ke kosanku? Aku kangen nih" suara telepon Gardan.

"Ya, Aa juga kangen sama de Leni. Satu jam lagi Aa kesana" jawab Gardan tersenyum sambil melirik seseorang yang sedang mengemudi di depannya.

"Kalau sudah sampai telepon ya" kata seorang perempuan ditelepon Gardan.

"Iya sayang. Ok" kemudian Gardan menutup telepon.

"Cewek baru lagi, Dan?" tanya pengemudi didepan Gardan.

"Dah lama bang, cuma akhir-akhir ini dia lagi lengket sama saya.

"Si Ita dikemanain?" tanya pengemudi itu lg.

"Ada study di luar kota. Nanti malam jemput saya di kafe, kita ke markas" ucap Gardan sambil mengutak-atik hapenya.

"Siap Bos" ucap pengemudi itu.

"Eit, jangan sekali-kali panggil saya bos. Panggil nama saja. Kena sanksi baru tahu rasa"

"Paling sanksinya ngasih cewe atau saya sendiri yang jadi korban" kata pengemudi itu tertawa.

"Ga, abang nanti saya korbankan buat orang" ucap Gardan menyeringai.


"Siapa lagi Dan?" tanya pengemudi itu.

"Udah jangan bikin rahasia terbongkar, gara-gara mulut abang keceplosan" ucap Gardan pada pengemudi itu.

"SIAP!" teriak pengemudi itu sambil melakukan hormat ala militer sampil tangan kirinya tetap mengemudi.

Tedy S, 32 tahun pengemudi pribadi Gardan yang di tugaskan untuk antar-jemput dimana saja dan kapan saja. Lelaki ini bertubuh pendek namun lumayan kekar. Hitam manis kulitnya. Rambutnya cepak seperti layaknya supir yang lain.

***

"TOK.. TOK.. TOK.." suara pintu di gedor. Kemudia seorang wanita berpakaian sexy, membuka pintu. Pintu terbuka, Gardan tersenyum dibalik pintu. Gardan mencium wanita itu, tangannya meremas payudaranya yang dibalut bra berwarna biru.

Leni, 20 tahun, mahasiswi fakultas hukum. Tubuhnya kuning langsat, keturunam jawa sunda. Tubuhnya kurus tetapi payudaranya montok dan pantatnya sexy seperti aura kasih.

"Aa mandi dulu ya" kata Gardan melangkah masuk menuju ke kamar mandi. Sebelum masuk ke kamar mandi Gardan membuka semua pakaiannya yang kotor, dan melangkah ke kamar mandi dengan bugil, kontolnya setengah ereksi bergoyang-goyang seiring langkahnya. Leni memandangnya penuh nafsu. Kemudian Leni membuka seluruh pakaiannya mulai dari bra sampai celana levis pendek sebatas paha, dan celana dalamnya. Leni melangkah mengikuti Gardan ke kamar mandi. Pintu kamar mandi itu tidak terkunci, Leni membuka pintu dan melihat tubuh Gardan yang kekar dibawah guyuran shower. Gardan menarik tubuh Leni dan memeluknya erat sambil mencium bibir sexynya. "Gosok badan Aa pake sabun ya" ucap gardan sambil mengambil sabun dan memberikannya ke Leni. Gardan membalikan tubuhnya, kemudian Leni menggosok tubuh gagah Gardan.

"Aa, habis berantem lagi?" tanya wanita itu.

"Ada yang mau nodong Aa, ya Aa lawan" jawab Gardan.

"Kalau berantem ga usah buka baju, badan Aa jadi kotor" ucap Leni sambil membersihkan pasir yang menempel di tubuh Gardan.

"Aa dongkol malam itu, de" jawab Gardan.

"A, aku kangen" ucap leni memeluk Gardan.

Bersambung......

Tuesday 3 May 2011

005 : NAFSU MAS AJO

Tak pernah ku duga lelaki ini mau saja ku nikmati tubuhnya. Mas Ajo yang berbadan tegap dan gempal dan kakinya yang besar karena keseharian menarik becak. Badannya yang lumayan kekar dan kulitnya sawo matang agak gelap pada lengan tangannya yang berurat besar. Dadanya yang gempal empuk juga buat ku remas-remas, putingnya besar dan keras saat ku emut. Mas Ajo tukang becak itu pasrah saja saat ku jilati teteknya sampai ke ketiaknya. Desahannya tertahan supaya tidak terdengar temannya yang tidur di depan kamar ini. Namun masih keluar karna tidak kuat menahan.

"Enak ga mas ajo" ku bisikan ke telinganya. Namun dia menutup mulutku dengan jari telunjuknya dan mas ajo mengangguk saat ku tatap matanya yang terbuka. Kuhisap jari telunjuk itu kuat-kuat. Keluar masuk dalam mulutku. Kadang ku gigit keras, tetapi mas ajo terus saja memasukan dan mengeluarkan jari telunjuknya.

Suhu kamar mulai memanas. Dahinya sudah basah, ditariknya kepalaku menuju selakangannya. Pas sampai di pelernya aku jilat lubangnya yang sudah berlendir. Pelernya mulai berkedut-kedut. Lalu ku masukan kepala pelernya dan ku hisap lembut. Kepalaku naik turun diatas selakangannya sampai hidungku bersentuhan dengan jembutnya yang lebat dan tentu saja keriting. Desahannya yang memekit membuatku semangat untuk membuat malam ini lebih lama dengan tukang becak ini. Ku keluarkan pelernya dari mulutku dan ku jilati bagian bawah pelernya hingga ke buah zakarnya, ku emut sedikit-sedikit hingga 1 buah zakar dalam mulutku, ku tarik keluar perlahan-lahan.

Ku bergerak diantara kedua kakinya. Ku lebarkan kakinya dan ku jilati pangkal selakangannya sebelah kiri. Tubuhnya bergetar ditambah desahanya mulai tak bisa ditahan lagi karena geli. Ku jilati keatas dan kebawah memutari buah zakarnya hingga ke pangkal selakangan yang kanan. Kemudian naik keatas dan kebawah. Ku kecup pahanya yang terlihat kuning tapi agak hitam karena bulu diatas pahanya. Berulang kali ku kecup di bagian yang berbeda di pahanya yang kanan. Kunaikan kakinya hingga lututnya menekuk. Begitu juga kaki kirinya. Kuangkat sedikit ke kedua bahuku. Ku jilati bagian bawah buah zakarnya kali ini dia menggelinjang hebat. Kuhentikan sebentar dan kuteruskan dari atas kebawah bolak-balik dengan lembut. Kemudian sampai ke anusnya. Lidahku menjilati lobang anusnya. Bau anusnya sudah hilang mungkin dia sengaja membersihkannya ketika mandi tadi. Seketika dia mengangkat pantatnya keatas, mungkin karena geli. Tetapi membuat mudah aku menjilati lubang pantatnya.

Keringatku mengucur dari dahiku. Ku hentikan setelah eberapa menit menjilati lobang pantatnya. Ku bergeser kesamping dan kepalaku menuju ke telinganya. Ku lihat wajahnya basah berkeringat, matanya masih menutup, bibir bawahnya di gigit kedalam hingga gigi atasnya terlihat berwarna kuning. Iseng-iseng ku jilati bibir atasnya sedikit-sedikit, dia masih terdiam matanya juga masih tertutup. Ku jilati giginya mulutnya terbuka sedikit. Saat itu bibir bawahnya terlihat merah dan gigitannya masih membekas. Ku masukan bibir bawahnya kemulut dan ku emut sambil lidahku bergoyang mengolesi bibirnya. Ku tarik bibirnya keluar namun masih tetap ku tahan hingga perlahan-lahan keluar dari mulutku. Kali ini ku tarik telapak tangan kanannya ke selakanganku dan ku buat dia meremas pelerku yang sudah keras dalam celana pendekku. Dia menurut saja meremas remas selakanganku. Ku jilati telinganya, kali ini dia menggelengkan wajahnya tanda menghindar jilatan di telinga kanannya. Ku bisikan kata "kang ada citra ga?"

Mulutnya bergerak, matanya terbuka memandangku sambil tangan kirinya membuang keringat di dahinya. Tidak terdengar suara apa-apa tapi terbaca gerakan mulutnya "buat apa?"

"ambil aja. Kalau ga pake citra ga enak" bisikku lagi.

Dia bergerak kesamping kiri, mencari celana pendeknya kemudian memakainya. Keluar kamar dengan peler yang ngaceng membuat gundukan di depan selakangannya. Aku memakai kembali celana dalamku takut ada orang masuk dan mencoba memejamkan mata dan tidur.

Sudah berapa lama aku tidur aku tidak tau, yang ku tau adzan subuh menggema. Ayam jantan mulai berkokok, terdengar juga siraman air tanda orang sedang mandi. Lampu tengah gelap begitupun kamar ini. Terasa selimut tebal menutupi tubuhku. Samar-samar terdengar dengkuran disamping kiriku, mas ajo rupanya sudah tertidur pulas. Ku raba dadanya yang naik turun seiring nafasnya, terasa berbeda. Dadanya tidak segempal tadi. Pentilnya juga lebih kecil dan tidak terlalu keras. Ku coba mengecup puting kanannya dan memang berbeda, ku gerakan tangan kananku menuju pusarnya dan kemudian lebih kebawah lagi. Lelaki ini masih mengenakan celana kolor, tanganku masuk kedalamnya. Lelaki ini masih memakai celana dalam. Cepat-cepak aku mengeluarkan tangan kananku. Memandang wajahnya. Samar-samar memang bukan mas ajo. Namun lebih muda dari mas ajo. Tubuhnya juga tidak sekekar mas ajo, namun cukup berurat di kedua tangannya yang berada disebelah kepalanya. Wajahnya memang tampan, kenapa dia tidur disini? Kemana mas ajo?

Bersambung......