Tuesday 3 May 2011

005 : NAFSU MAS AJO

Tak pernah ku duga lelaki ini mau saja ku nikmati tubuhnya. Mas Ajo yang berbadan tegap dan gempal dan kakinya yang besar karena keseharian menarik becak. Badannya yang lumayan kekar dan kulitnya sawo matang agak gelap pada lengan tangannya yang berurat besar. Dadanya yang gempal empuk juga buat ku remas-remas, putingnya besar dan keras saat ku emut. Mas Ajo tukang becak itu pasrah saja saat ku jilati teteknya sampai ke ketiaknya. Desahannya tertahan supaya tidak terdengar temannya yang tidur di depan kamar ini. Namun masih keluar karna tidak kuat menahan.

"Enak ga mas ajo" ku bisikan ke telinganya. Namun dia menutup mulutku dengan jari telunjuknya dan mas ajo mengangguk saat ku tatap matanya yang terbuka. Kuhisap jari telunjuk itu kuat-kuat. Keluar masuk dalam mulutku. Kadang ku gigit keras, tetapi mas ajo terus saja memasukan dan mengeluarkan jari telunjuknya.

Suhu kamar mulai memanas. Dahinya sudah basah, ditariknya kepalaku menuju selakangannya. Pas sampai di pelernya aku jilat lubangnya yang sudah berlendir. Pelernya mulai berkedut-kedut. Lalu ku masukan kepala pelernya dan ku hisap lembut. Kepalaku naik turun diatas selakangannya sampai hidungku bersentuhan dengan jembutnya yang lebat dan tentu saja keriting. Desahannya yang memekit membuatku semangat untuk membuat malam ini lebih lama dengan tukang becak ini. Ku keluarkan pelernya dari mulutku dan ku jilati bagian bawah pelernya hingga ke buah zakarnya, ku emut sedikit-sedikit hingga 1 buah zakar dalam mulutku, ku tarik keluar perlahan-lahan.

Ku bergerak diantara kedua kakinya. Ku lebarkan kakinya dan ku jilati pangkal selakangannya sebelah kiri. Tubuhnya bergetar ditambah desahanya mulai tak bisa ditahan lagi karena geli. Ku jilati keatas dan kebawah memutari buah zakarnya hingga ke pangkal selakangan yang kanan. Kemudian naik keatas dan kebawah. Ku kecup pahanya yang terlihat kuning tapi agak hitam karena bulu diatas pahanya. Berulang kali ku kecup di bagian yang berbeda di pahanya yang kanan. Kunaikan kakinya hingga lututnya menekuk. Begitu juga kaki kirinya. Kuangkat sedikit ke kedua bahuku. Ku jilati bagian bawah buah zakarnya kali ini dia menggelinjang hebat. Kuhentikan sebentar dan kuteruskan dari atas kebawah bolak-balik dengan lembut. Kemudian sampai ke anusnya. Lidahku menjilati lobang anusnya. Bau anusnya sudah hilang mungkin dia sengaja membersihkannya ketika mandi tadi. Seketika dia mengangkat pantatnya keatas, mungkin karena geli. Tetapi membuat mudah aku menjilati lubang pantatnya.

Keringatku mengucur dari dahiku. Ku hentikan setelah eberapa menit menjilati lobang pantatnya. Ku bergeser kesamping dan kepalaku menuju ke telinganya. Ku lihat wajahnya basah berkeringat, matanya masih menutup, bibir bawahnya di gigit kedalam hingga gigi atasnya terlihat berwarna kuning. Iseng-iseng ku jilati bibir atasnya sedikit-sedikit, dia masih terdiam matanya juga masih tertutup. Ku jilati giginya mulutnya terbuka sedikit. Saat itu bibir bawahnya terlihat merah dan gigitannya masih membekas. Ku masukan bibir bawahnya kemulut dan ku emut sambil lidahku bergoyang mengolesi bibirnya. Ku tarik bibirnya keluar namun masih tetap ku tahan hingga perlahan-lahan keluar dari mulutku. Kali ini ku tarik telapak tangan kanannya ke selakanganku dan ku buat dia meremas pelerku yang sudah keras dalam celana pendekku. Dia menurut saja meremas remas selakanganku. Ku jilati telinganya, kali ini dia menggelengkan wajahnya tanda menghindar jilatan di telinga kanannya. Ku bisikan kata "kang ada citra ga?"

Mulutnya bergerak, matanya terbuka memandangku sambil tangan kirinya membuang keringat di dahinya. Tidak terdengar suara apa-apa tapi terbaca gerakan mulutnya "buat apa?"

"ambil aja. Kalau ga pake citra ga enak" bisikku lagi.

Dia bergerak kesamping kiri, mencari celana pendeknya kemudian memakainya. Keluar kamar dengan peler yang ngaceng membuat gundukan di depan selakangannya. Aku memakai kembali celana dalamku takut ada orang masuk dan mencoba memejamkan mata dan tidur.

Sudah berapa lama aku tidur aku tidak tau, yang ku tau adzan subuh menggema. Ayam jantan mulai berkokok, terdengar juga siraman air tanda orang sedang mandi. Lampu tengah gelap begitupun kamar ini. Terasa selimut tebal menutupi tubuhku. Samar-samar terdengar dengkuran disamping kiriku, mas ajo rupanya sudah tertidur pulas. Ku raba dadanya yang naik turun seiring nafasnya, terasa berbeda. Dadanya tidak segempal tadi. Pentilnya juga lebih kecil dan tidak terlalu keras. Ku coba mengecup puting kanannya dan memang berbeda, ku gerakan tangan kananku menuju pusarnya dan kemudian lebih kebawah lagi. Lelaki ini masih mengenakan celana kolor, tanganku masuk kedalamnya. Lelaki ini masih memakai celana dalam. Cepat-cepak aku mengeluarkan tangan kananku. Memandang wajahnya. Samar-samar memang bukan mas ajo. Namun lebih muda dari mas ajo. Tubuhnya juga tidak sekekar mas ajo, namun cukup berurat di kedua tangannya yang berada disebelah kepalanya. Wajahnya memang tampan, kenapa dia tidur disini? Kemana mas ajo?

Bersambung......

No comments:

Post a Comment